Selasa, 29 Januari 2019

Review ala Sorangan: Pertunjukkan Teater Calon Arang




Halo! Kali ini aku mau nulis review pertunjukkan teater Calon Arang. Yah, mungkin bukan review, lebih ke fangirl scream atau cuap-cuap gak jelas ^^".

Teater Calon Arang diproduksi oleh Teater Sendiri Jakarta dan disutradarai oleh A. Nawir Hamzah. Pertunjukkan teater ini dipentaskan pada tanggal 10-11 Januari 2019 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Aku nonton pertunjukkannya pada tanggal 11 Januari 2019. Baru nulis review sekarang karena terlalu mager untuk membuka blog //digebuk.

Pertunjukkan teater Calon Arang mengangkat cerita rakyat Bali tentang seorang dukun bernama Calon Arang yang sangat kuat dan jahat. Ia membawa bencana ke seluruh Kerajaan Daha. Ia murka karena putrinya yang bernama Ratna Manggalih belum juga ada yang meminangnya, padahal umurnya sudah cukup dewasa. 

Mpu Bharadah mengutus muridnya, Mpu Bahula untuk datang menemui Calon Arang untuk mempersunting Ratna Manggalih. Tujuan Mpu Bahula menikahi Ratna Manggalih untuk mengetahui rahasia kekuatan Calon Arang. Setelah berhasil merebut buku pusaka yang berisi rahasia kekuatan Calon Arang, Mpu Bahula membawanya ke Mpu Bharadah.

Setelah itu, Mpu Bharadah yang telah mengetahui rahasia kekuatan Calon Arang, bertarung melawan Calon Arang. Calon Arang kalah, ia tidak membawa kejahatannya mati, tetapi kejahatan itu akan tetap ada dalam bentuk yang lain hingga masa depan.

Btw, waktu aku nonton teater Calon Arang, aku sama sekali gak tau apa-apa tentang cerita rakyat tersebut. Bahkan, aku gak tahu kalau "Calon Arang" itu nama orang. Makanya, karena aku "blind watching", nonton tanpa tahu ringkasan cerita atau cerita asli sebelumnya, review ini ditulis berdasarkan hasil "blind watching" itu.

Hmm... Tulis apa dulu ya? Kekurangan? Kelebihan? Hmm... Kekurangannya aja dulu ya.

Kekurangannya gak begitu banyak sih. Pertama, Calon Arang, suaranya kurang berekspresi. Mungkin karena pemerannya lebih fokus sama nada suaranya yang kayak orang tua tapi malah lupa sama ekspresi suaranya. Pemeran Calon Arang memang bukan nenek-nenek asli sih XD. Oh, ya, kurang ekspresi di sini maksudnya pas adegan dia marah, tapi sama sekali gak kerasa marah walaupun dia meninggikan suara.

Lalu, banyak adegan yang dirasa tidak perlu. Seperti pas adegan awal banget, ada ustad (gak tau disebutnya apa hehe, intinya sih dia kayak ahli agama/spiritual gitu) lagi berdoa terus dicegat pengawal kerajaan. Raja yang mengetahui itu, menyuruh pengawalnya mengawasi si ustad(?) itu. Si ustad itu "menipu" si pengawal dan akhirnya si pengawal melepaskan dia. Tapi, ustad itu sama sekali ga ada hubungannya dengan cerita. Dia gak muncul lagi setelah adegan itu selesai. Makanya, menurutku lebih baik gak usah ada aja.

Adegan yang pas Mpu Bahula putus sama pacarnya, menurutku durasinya terlalu lama. Dialog Mpu Bahula terlalu banyak elipsis(?) sehingga harus diulang-ulang hingga kalimatnya selesai. Oh ya, Mpu Bahula putus sama pacarnya karena dia disuruh Mpu Bharadah meminang Ratna Manggalih. Adegan saat mantannya Mpu Bahula berdoa itu juga durasinya terlalu lama dan tidak terlalu penting juga.

Mungkin cuma aku yang agak kecewa. Karena ini cerita rakyat Bali, aku berharap ada logat Balinya walau cuma sedikit. Tapi sama sekali gak ada. Hahaha, abaikan saja ini mah XDD.

Selain itu, ada 4th wall breaker-nya. 2 kali kalau gak salah. Aku gak begitu suka 4th wall breaker, jadi aku masukkin ini ke bagian kekurangan.

Lalu, pas battle Calon Arang v.s Mpu Bharadah, aku gak terlalu ngerti mereka ngapain. Iya, mereka battle, tapi battle-nya asa kurang jelas. Rusuh, rusuh, rusuh, terus ujug-ujug Calon Arang kalah. Udah gitu aja sepenangkapku. Maaf kalo jahat, tapi battle-nya sama sekali gak berkesan, padahal itu klimaksnya. Terlalu cepat dan detailnya kurang. Apalagi mereka battle pakai kekuatan sakti, bukan senjata. Aku sih berharap efek mistis(?) saat battle lebih kerasa. Mungkin lebih baik kalau adegan tidak pentingnya dikurangi supaya adegan battle-nya bisa lebih lama dan detail.

Sebelum pertunjukkan dimulai, pembawa acaranya bilang kalau kejahatan Calon Arang nanti tetap akan ada sampai sekarang. Yah pokoknya intinya kejahatan yang ada di zaman sekarang itu adalah kejahatannya Calon Arang. Tetapi, pas akhir cerita tidak ditunjukkan aftermath-nya. Kejahatan Calon Arang yang di masa depan tidak ditunjukkan.

Sepertinya segitu aja kekurangannya. Sekarang ayo kita bahas kelebihannya!

Pertama, properti, dekorasi, musik, dan lighting. Semuanya bagus banget!! Keren! Semuanya cocok dan menambah suasana tiap adegannya lebih terasa. Wah, kira-kira tim-nya pake tumbal apa ya sampai bisa bikin semuanya bagus? Hahaha, canda XDD.

Kostum dan make up-nya juga keren! Hal yang aku suka dari nonton pertunjukkan teater adalah memperhatikan kostum dan hiasan rambutnya. Semuanya cantik dan indah. Bahkan ada beberapa adegan yang rambut penarinya dipasang dupa (atau lidi ya itu?) yang menyala! Benar-benar nyala! Ada asapnya soalnya. Dedikasi dalam detail kostumnya mantul.

Make-up semua tokoh bagus banget. Paling suka make-upnya Calon Arang. Dia jadi kelihatan jahat dan tua.

Penjiwaan yang dilakukan para pemain juga bagus. Ekspresi wajah dapet, suara juga dapet (kecuali Calon Arang), gestur tubuh juga dapet. 

Aku suka pas adegan mantannya Mpu Bahula berdoa. Ada cewek selain dia yang berdoa juga. Trus pas selesai adegan, si cewek itu pegang pundak mantannya Mpu Bahula. Detail kecil yang membantu antar pemain itu yang paling aku suka. Si cewek pegang pundak mantannya Mpu Bahula untuk ngasih tanda sudah selesai adegannya (soalnya mantannya Mpu Bahula berdoa sambil memejamkan mata).

Aku juga suka suaranya mantannya Mpu Bahula dan Ratna Manggalih. Unyu-unyu manja gitu dan penuh ekspresi. Apalagi pas mantannya Mpu Bahula dan Ratna Manggalih nangis, uuuh... karena ekspresinya kuat, aku juga ikut ngerasa sedih. :''

Pertunjukkan teater ini unik, soalnya disisipi slepetan/jokes-jokes yang menyindir sesuatu. Misalnya, pas adegan ustad(?) dicegat pengawal karena berdoa, si ustad bilang kalau dia cuma berdoa dan bukan melakukan tindak kriminal yang sampai dia harus kabur ke Arab dan gak pulang-pulang. Tau kan nyindir siapa? XD

Lalu, murid-murid Calon Arang suka bergosip dan laporan ke Calon Arang. "Guru, katanya putri Anda, Ratna Manggalih, digebukin ya? Eh, ternyata operasi plastik ya?". Gak perlu dikasih tahu juga pasti kalian tahu mereka ngomongin siapa. Yah, you-know-who XDD.

Masih banyak lagi slepetan yang muncul. Kalau ditulis semuanya, tulisan ini makin panjang aja hehehe.

Sepertinya segini aja review eh, maksudnya fangirl scream dariku. Sudah lelah mengetik //ditabok. Kalau dikasih rate, aku mau ngasih rate 8,5/10.

Oh ya, review ini murni hasil pendapatku sendiri setelah "blind watching" pertunjukkan teater Calon Arang. Karena review ini hanya pendapat sendiri, jangan marah ya kalau beda pendapat. Jangan sakit hati juga. Santai aja cuyy! XD 

Aku suka menonton pertunjukkan teater apalagi kalau mengangkat cerita rakyat. Jadi makin sayang sama budaya Indonesia :3

Senin, 07 Januari 2019

[Orific: Pulang] PROLOGUE

Dengan penuh percaya diri, Apollo melangkahkan kakinya ke tengah panggung yang berbentuk lingkaran itu. Panggung yang akan menentukan siapa yang terkuat. Para penonton yang berdiri mengitari panggung itu bersorak mendukungnya, tetapi ada juga yang bersorak untuk menurunkan mentalnya. Hal itu tidak mengganggu Apollo. Rasa percaya diri dan semangatnya tetap tinggi. Ia yakin kalau hari ini ia akan menang dan membuat Tuannya senang. Ia sudah puluhan kali menang dan ia yakin hari ini ia bisa menang lagi.

Apollo memejamkan kedua matanya, menikmati embusan angin bermain di antara rambut hitamnya yang berkilauan. Sorakan penonton semakin keras mengiringi kedatangan sesorang yang berambut hitam kehijauan yang berkilat terkena sinar matahari yang baru saja memasuki panggung.


Apollo menatap orang yang baru datang itu. Tubuhnya tegap dan terlihat kuat. Di kakinya terpasang senjata yang kuat yang pasti akan langsung melukai seseorang yang ia tendang. Tetapi Apollo tidak gentar sedikit pun karena senjata di kakinya juga tidak kalah hebat dari milik orang itu. Ia melemparkan senyum kepada orang itu.


"Siapa namamu?" tanya Apollo.


Si Rambut Kehijauan itu tidak menjawab. Ia hanya mendengus mendengar pertanyaan Apollo yang terkesan sok akrab.


"Huh. Sombong. Lihat saja, muka sombongmu itu akan hancur nanti!" seru Apollo.


Bunyi bel tanda pertandingan dimulai bendentang keras. Si Rambut Kehijauan itu langsung berlari menyerang Apollo dan meluncurkan tendangannya ke wajah Apollo. Untungnya, Apollo tidak lengah sedikit pun. Ia berhasil menghindarinya.


"Wah, cepat sekali kau. Benar-benar tidak membuang waktu," ucap Apollo.


Apollo berlari cepat mendekati Si Rambut Kehijauan. Ia melompat sambil berputar dan meluncurkan tendangan.

"Tornado Bintang!!!" seru Apollo.

Tendangan berputar Apollo berhasil menghantam lengan Si Rambut Kehijauan. Si Rambut Kehijauan mundur beberapa langkah.

"Cih! Meleset!" gerutu Apollo saat ia mendarat ke tanah. "Tadinya aku ingin langsung menghajar kepalamu."

Si Rambut Kehijauan hanya mendengus sambil menatap lengannya yang berdenyut. Melihat kesempatan ini, Apollo langsung berlari dan menyerang SI Rambut Kehijauan lagi. Sayangnya, kali ini Si Rambut Kehijauan berhasil menangkis tendangan Apollo.

Apollo segera mundur beberapa langkah sebelum Si Rambut Kehijauan menyerangnya. Si Rambut Kehijauan melompat sambil berputar dan meluncurkan tendangan. Tendangannya berhasil mengenai kepala Apollo. Apollo terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur.

"Sial... Itu jurusku," gumam Apollo.

"Hm? Apa tadi namanya? "Tornado Bintang"?" Si Rambut Kehijauan tersenyum mengejek.

Wajah Apollo memerah. "Beraninya kau...!"

Apollo melemparkan pandangannya ke arah penonton. Ia bisa melihat Tuannya khawatir tetapi masih menyemangatinya. Dengan sekuat tenaga, Apollo berdiri lagi. Ia tidak mau mengecewakan Tuannya.

"Aku tidak apa-apa, Tuan. Aku akan menghadiahkan kemenangan padamu," bisik Apollo.

Apollo berlari cepat menghadang Si Rambut Kehijauan. Ia kembali meluncurkan serangan bertubi-tubi pada Si Rambut Kehijauan. Si Rambut Kehijauan selalu bisa menangkis semua serangan Apollo.

Tenaga Apollo semakin menipis. Dengan napas terengah-engah, ia mundur beberapa langkah. Ia berusaha mencuri beberapa detik untuk memulihkan tenaganya.

"Ukh... Kenapa dia kuat sekali? Pertahanannya sangat kuat. Sulit sekali menghancurkannya. Malah aku yang kelelahan..." batin Apollo.

Belum sedetik Apollo mengatur napasnya, ia sudah menerima terjangan keras dari Si Rambut Kehijauan. Apollo kewalahan menangani serangan-serangan darinya. Apollo terjatuh lagi.

"Cuma itu saja kemampuanmu?" suara dingin Si Rambut Kehijauan yang meremehkan Apollo membuatnya kesal.

"Be-Berisik! Tak kusangka ada yang lebih kuat dariku!" gerutu Apollo kesal.

Apollo kembali mendapat serangan bertubi-tubi. Ia semakin kewalahan. Tenaganya habis dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Bahkan ia bisa merasakan ada beberapa tulangnya yang patah. Darah yang terciprat dari lukanya menutupi pandangannya.

"Agh!!" Apollo mengerang menerima serangan dari Si Rambut Kehijauan.

Kakinya sudah tidak bisa menopang berat badannya lagi. Ia terjatuh ke tanah. Tetapi Si Rambut Kehijauan masih saja menyerang Apollo tanpa ampun.

Pandangannya memburam. Rasa sakit membuat kedua kelopak matanya berat. Apollo melirik ke arah Tuannya. Tuannya terlihat khawatir dan meminta Apollo berdiri lagi.

"Maaf, Tuan... Aku mengewakanmu hari ini..."

Kegelapan pun menyelimuti Apollo.