Senin, 07 Januari 2019

[Orific: Pulang] PROLOGUE

Dengan penuh percaya diri, Apollo melangkahkan kakinya ke tengah panggung yang berbentuk lingkaran itu. Panggung yang akan menentukan siapa yang terkuat. Para penonton yang berdiri mengitari panggung itu bersorak mendukungnya, tetapi ada juga yang bersorak untuk menurunkan mentalnya. Hal itu tidak mengganggu Apollo. Rasa percaya diri dan semangatnya tetap tinggi. Ia yakin kalau hari ini ia akan menang dan membuat Tuannya senang. Ia sudah puluhan kali menang dan ia yakin hari ini ia bisa menang lagi.

Apollo memejamkan kedua matanya, menikmati embusan angin bermain di antara rambut hitamnya yang berkilauan. Sorakan penonton semakin keras mengiringi kedatangan sesorang yang berambut hitam kehijauan yang berkilat terkena sinar matahari yang baru saja memasuki panggung.


Apollo menatap orang yang baru datang itu. Tubuhnya tegap dan terlihat kuat. Di kakinya terpasang senjata yang kuat yang pasti akan langsung melukai seseorang yang ia tendang. Tetapi Apollo tidak gentar sedikit pun karena senjata di kakinya juga tidak kalah hebat dari milik orang itu. Ia melemparkan senyum kepada orang itu.


"Siapa namamu?" tanya Apollo.


Si Rambut Kehijauan itu tidak menjawab. Ia hanya mendengus mendengar pertanyaan Apollo yang terkesan sok akrab.


"Huh. Sombong. Lihat saja, muka sombongmu itu akan hancur nanti!" seru Apollo.


Bunyi bel tanda pertandingan dimulai bendentang keras. Si Rambut Kehijauan itu langsung berlari menyerang Apollo dan meluncurkan tendangannya ke wajah Apollo. Untungnya, Apollo tidak lengah sedikit pun. Ia berhasil menghindarinya.


"Wah, cepat sekali kau. Benar-benar tidak membuang waktu," ucap Apollo.


Apollo berlari cepat mendekati Si Rambut Kehijauan. Ia melompat sambil berputar dan meluncurkan tendangan.

"Tornado Bintang!!!" seru Apollo.

Tendangan berputar Apollo berhasil menghantam lengan Si Rambut Kehijauan. Si Rambut Kehijauan mundur beberapa langkah.

"Cih! Meleset!" gerutu Apollo saat ia mendarat ke tanah. "Tadinya aku ingin langsung menghajar kepalamu."

Si Rambut Kehijauan hanya mendengus sambil menatap lengannya yang berdenyut. Melihat kesempatan ini, Apollo langsung berlari dan menyerang SI Rambut Kehijauan lagi. Sayangnya, kali ini Si Rambut Kehijauan berhasil menangkis tendangan Apollo.

Apollo segera mundur beberapa langkah sebelum Si Rambut Kehijauan menyerangnya. Si Rambut Kehijauan melompat sambil berputar dan meluncurkan tendangan. Tendangannya berhasil mengenai kepala Apollo. Apollo terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur.

"Sial... Itu jurusku," gumam Apollo.

"Hm? Apa tadi namanya? "Tornado Bintang"?" Si Rambut Kehijauan tersenyum mengejek.

Wajah Apollo memerah. "Beraninya kau...!"

Apollo melemparkan pandangannya ke arah penonton. Ia bisa melihat Tuannya khawatir tetapi masih menyemangatinya. Dengan sekuat tenaga, Apollo berdiri lagi. Ia tidak mau mengecewakan Tuannya.

"Aku tidak apa-apa, Tuan. Aku akan menghadiahkan kemenangan padamu," bisik Apollo.

Apollo berlari cepat menghadang Si Rambut Kehijauan. Ia kembali meluncurkan serangan bertubi-tubi pada Si Rambut Kehijauan. Si Rambut Kehijauan selalu bisa menangkis semua serangan Apollo.

Tenaga Apollo semakin menipis. Dengan napas terengah-engah, ia mundur beberapa langkah. Ia berusaha mencuri beberapa detik untuk memulihkan tenaganya.

"Ukh... Kenapa dia kuat sekali? Pertahanannya sangat kuat. Sulit sekali menghancurkannya. Malah aku yang kelelahan..." batin Apollo.

Belum sedetik Apollo mengatur napasnya, ia sudah menerima terjangan keras dari Si Rambut Kehijauan. Apollo kewalahan menangani serangan-serangan darinya. Apollo terjatuh lagi.

"Cuma itu saja kemampuanmu?" suara dingin Si Rambut Kehijauan yang meremehkan Apollo membuatnya kesal.

"Be-Berisik! Tak kusangka ada yang lebih kuat dariku!" gerutu Apollo kesal.

Apollo kembali mendapat serangan bertubi-tubi. Ia semakin kewalahan. Tenaganya habis dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Bahkan ia bisa merasakan ada beberapa tulangnya yang patah. Darah yang terciprat dari lukanya menutupi pandangannya.

"Agh!!" Apollo mengerang menerima serangan dari Si Rambut Kehijauan.

Kakinya sudah tidak bisa menopang berat badannya lagi. Ia terjatuh ke tanah. Tetapi Si Rambut Kehijauan masih saja menyerang Apollo tanpa ampun.

Pandangannya memburam. Rasa sakit membuat kedua kelopak matanya berat. Apollo melirik ke arah Tuannya. Tuannya terlihat khawatir dan meminta Apollo berdiri lagi.

"Maaf, Tuan... Aku mengewakanmu hari ini..."

Kegelapan pun menyelimuti Apollo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar